Bisnis, Jakarta - Kebijakan impor daging sapi untuk pemenuhan kebutuhan nasional dinilai hanya mampu mengendalikan harga dalam jangka pendek. Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi mengatakan seharusnya pengendalian pasokan daging sapi dilakukan dalam jangka panjang.

Baca: Polda Jambi Sita 12 Ton Daging Beku Ilegal Asal Luar Negeri


“Impor sesuatu yang harus dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan tetapi sifatnya hanya mengendalikan harga dalam jangka pendek,” kata Bayu di Jakarta, Selasa, 23 Mei 2017.

Dia menilai pemahaman soal konsumsi daging dan bahan pokok lainnya harus dicermati pemerintah agar dapat menekan harga. Hal itu menyangkut kebutuhan di tingkat industri maupun rumah tangga. “Kalau tidak mampu melihat tersebut maka yang terlihat hanyalah gejala bukannya penyebab utama tidak terkendalinya harga,” katanya.

Baca: Pengusaha Minta Stok Daging Sapi Ditambah Menjelang Ramadan

Bayu menambahkan saat ini pola konsumsi dan pembelian daging sapi masyarakat sudah mulai berubah. Konsumen di tingkat pasar tradisional saat ini mulai melirik keberadaan daging beku. “Itu (perubahan pola konsumsi) kesempatan untuk kendalikan harga,” katanya.

Dia juga menyarankan agar memberi nilai tambah kepada seluruh bagian sapi sehingga memiliki nilai jual. Dengan demikian, harga daging nantinya tak menanggung seluruh harga jual.

Kementerian Pertanian mencatat kebutuhan daging sapi jelang Ramadan hingga Lebaran 2017 masih melebihi kemampuan domestik. Kebutuhan daging sapi pada Mei 2017 mencapai 51.761 ton sedangkan produksi dalam negeri hanya 30.354 ton.

Hal serupa juga terjadi pada perkiraan kebutuhan daging sapi memasuki Lebaran 2017. Pada Juni 2017, Kementan memprediksi kebutuhan bisa menembus 54.646 ton.


BISNIS.COM