Nasional, Banjarnegara - Yoki Pratama Windyarto, 21 tahun, asal Banjarnegara, diduga terlibat dalam jaringan teroris Maute yang menyerbu Kota Marawi, Filipina Selatan. Bersama enam warga negara Indonesia lain, Yoki kini masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Philippine National Police.

Ibunda Yoki, Eni, 49 tahun, meyakini bahwa anaknya tidak terlibat dalam jaringan teroris Maute. "Saya yakin anak saya tidak terlibat, karena saya kenal anak saya. Dia perilakunya baik, tidak merokok, dan jarang keluyuran," kata Eni, saat ditemui di rumahnya, Desa Klampok, Kecamatan Purwareja Klampok, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Kamis, 1 Juni 2017.

Baca: Menteri Retno: Proses Evakuasi WNI dari Marawi Kemungkinan Besok

Dia pun berharap masyarakat tidak gegabah menilai anaknya sebelum ada kejelasan mengenai keterlibatan Yoki dalam penyerangan tersebut. Meski begitu, Eni mengaku lega dengan adanya pemberitahuan soal Yoki. Sebab, dengan begitu, ia bisa mengetahui keberadaan anak sulungnya.

Yoki merupakan lulusan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, Tangerang, Banten. Dia diwisuda pada 8 September 2016. Selang tiga bulan kemudian, tepatnya 26 Desember 2016, Yoki bekerja di PT GMF AeroAsia. Diketahui Yoki berangkat ke Filipina tanggal 4 Maret 2017 dengan paspor nomor B 5743781.

Eni terakhir bertemu anaknya itu pada pertengahan Februari 2017. "Saat itu dia sakit cacar dan dirawat di rumah Pakde-nya di Bekasi. Waktu kami tengok, tidak ada perubahan perilaku, cuma rambutnya saja yang sedikit panjang," tuturnya.

Baca: Munculnya ISIS di Filipina Sudah Diprediksi Menteri Ryamizard

Yoki meninggalkan semua grup percakapan keluarga dalam jejaring sosial WhatsApp sejak 27 Februari 2017. Mulai saat itulah Eni tidak lagi berkomunikasi dengan anaknya. Keluarga, kata Eni, sudah berupaya melapor ke kepolisian untuk mencari keberadaan Yoki. Namun tidak pernah mendapat kabar hingga muncul pemberitaan Yoki masuk DPO Kepolisian Filipina setelah penyerbuan Marawi. "Saya berharap pemerintah bisa membawa pulang Yoki dari Filipina dan melakukan pemeriksaan di Indonesia," kata dia.

ANTARA