Bisnis, Jakarta - Pemerintah Indonesia akan menuntaskan permintaan negara Timur Tengah untuk melakukan perjanjian antar pemerintah untuk perlindungan investasi.

Keputusan itu dibahas dalam rapat koordinasi yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Turut hadir dalam rapat tersebut Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo dan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar.

"Pemerintah negara-negara sana sudah mengajukan rancangan perjanjian perlindungan investasi sejak 2012, dan sampai sekarang belum ditindaklanjuti," ujar Thomas Lembong Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), usai rapat di Jakarta, Selasa, 30 Mei 2017.

Baca: Realisasi Investasi Saudi Bergantung Kerja Sama Kementerian

Lembong menuturkan perjanjian tersebut juga merupakan kelanjutan dari pembicaraan hasil kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud, beberapa waktu lalu. Menurut dia, perlindungan investasi yang dimaksud misalnya adalah tentang mekanisme penyelesaian sengketa investasi. "Terus klarifikasi bahwa memang tidak ada ekspropreasi penyitaan investasi oleh negara," katanya.

Dia berujar Presiden Joko Widodo dalam sidang kabinet paripurna kemarin juga telah memberikan arahan untuk segera menuntaskan perjanjian tersebut, dan diperkirakan dilakukan dalam satu hingga dua bulan ke depan.

Baca: Raja Salman Lirik Investasi di Sektor Minyak

"Perjanjian ini istilahnya bilateral investment treaty, isu ini nggak untuk Timur Tengah saja, Amerika dulu juga pernah kita kerjakan," ucapnya. Lembong menuturkan isi pasal-pasal substansial dalam perjanjian tersebut tak jauh berbeda dengan bilateral investment treaty yang pernah dilakukan sebelumnya.

Lembong menambahkan untuk proses business to business saat ini sudah lumayan banyak dilakukan, seperti oleh Uni Emirat Arab untuk berinvestasi langsung melalui negara lain sebagai pihak ketiga atau fund manager. "Yang kita incar direct investment nya seperti yang didapat Malaysia dan Thailand."

Adapun sektor yang ditargetkan memperoleh direct investment dari negara-negara Timur Tengah adalah pariwisata, energi, dan perumahan dengan harga terjangkau. "Untuk nilai investasi yang sudah deal sejauh ini belum, tapi kami belum selesai membicarakannya."

GHOIDA RAHMAH